PARA PEMATERI / PEMOTIVATOR GENERASI EMAS 2014
Salah satu tugas pemerintah sesuai amanat pembukaan Undang Undang
Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tugas ini dilakukan
oleh pemerintah dengan menyelenggarakan pendidikan mulai dari pendidikan
dasar hingga pendidikan tinggi. Menurut UU No. 20 tahun 2003,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Dari definisi tersebut terlihat jelas bahwa
pendidikan bertujuan untuk mengubah pikiran dan perilaku individu untuk
kehidupan lebih baik. Bagian tubuh manusia yang bertanggung jawab untuk
pikiran dan perilaku manusia adalah otak. Otak manusia yang menentukan
siapa dirinya, apa yang dikerjakannya dan merencanakan masa depannya.
Dengan demikian pendidikan berarti bertujuan mengubah otak manusia.
Otak manusia adalah benda yang paling kompleks dan teristimewa di dunia
ini. Otak tersusun dari sekitar 100 milyar neuron (sel saraf), lebih
dari 1 triliun neuroglia (sel penyokong) dan membentuk sekitar 1000
triliun sinapsis (hubungan antar neuron). Karena pentingnya otak ini,
dari berat otak yang hanya sekitar 1,5 kg atau 2 % dari berat tubuh,
otak mendapat suplai darah sekitar 20% dari total darah yang beredar.
Otak manusia mempunyai potensi yang luar biasa dan tidak terbatas,
namun seringkali kita lupa menggunakan dengan baik apalagi merawatnya.
Dengan otaknya manusia bisa berkarya, bermain musik, mempelajari
berbagai macam bahasa, berimaginasi dan berpikir untuk kemajuan
peradaban manusia
Perkembangan ilmu pengetahun tentang
otak yang dikenal dengan neurosains berkembang pesat dalam tiga dekade
terakhir. Banyak penemuan baru neurosains yang bermanfaat dan diterapkan
dalam kehidupan manusia baik dalam bidang kedokteran, psikologi,
pendidikan, ekonomi, politik dan seni budaya. Kesadaran tentang
pentingnya otak telah disadari oleh dunia internasional. Pada tahun 1990
Amerika Serikat melalui presiden George W Bush menetapkan Decade of the Brain selama 10 tahun ke depan. Sekitar 20 tahun kemudian, yaitu pada tanggal 2 April 2013 Presiden Barack Obama mengumumkan Brain Initiative
yaitu program mengembangkan penelitian tentang otak termasuk pemetaan
otak untuk kesejahteraan manusia. Program ini didukung dengan dana $300
juta tiap tahun selama 10 tahun.
Bagaimana dengan
Indonesia? Pada tahun 2012 Masyarakat Neurosains Indonesia (MNI) bersama
elemen masyarakat lain dengan disaksikan Menteri Negara Riset dan
Teknologi telah mencanangkan gerakan “Membangun kesehatan otak menuju
bangsa berkarakter unggul dan bermoral, melalui dasawarsa otak
2012-2021”. Namun gerakan ini gaungnya terasa kurang.
Pengetahuan tentang otak sehat ini sangat penting dan diharapkan dapat
membantu mengatasi berbagai problem bangsa Indonesia seperti mengatasi
korupsi, konflik antar elemen masyarakat, kriminalitas termasuk dalam
pengembangan pendidikan.
Dunia pendidikan Indonesia
masih mempunyai beberapa masalah, diantaranya masalah kurikulum,
anggaran dan evaluasi pendidikan seperti polemik UAN. Selain itu
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia yang belum menggunakan dan
menerapakan pengetahuan tentang otak manusia. Memang sudah ada yang
menerapkan, namun sangat terbatas sekali. Dikarenakan pendidikan adalah
untuk mengubah otak, maka dalam melaksanakan pendidikan kita tidak boleh
sembarangan. Kita harus mendidik berdasarkan sifat, fungsi dan
mekanisme kerja otak. Kalau ada kesalahan dalam melakukan pendidikan
maka dapat berakibat tidak berhasilnya pendidikan atau bahkan bisa
merusak otak.
Otak adalah benda yang dinamis. Sifat
otak ini dikenal dengan neuroplastisitas. Otak bisa berubah berdasarkan
lingkungannya. Lingkungan yang baik dan mendukung dapat meningkatkan
kemampuan otak. Sedangkan lingkungan yang tidak baik dapat merusak otak.
Salah satu teori otak untuk pendidikan adalah teori pembelajaran
alamiah otak. Menurut Barbara K Given dalam bukunya Teaching to Brain’s Natural Learning Systems
bahwa otak belajar secara alamiah menggunakan lima sistem yaitu sistem
emosi, sistem sosial, sistem kognitif, sistem fisik dan sistem
reflektif. Sistem emosi bertanggung jawab untuk hasrat, keinginan dan
semangat siswa dalam belajar. Sistem sosial bertugas untuk memperoleh
penerimaan, cinta dan rasa memiliki. Sistem kognitif berperan
menginterprestasikan, menyimpan, memunculkan kembali informasi, fokus
pada informasi, dan secara sengaja memberikan input pada semua sistem
lain. Sistem fisik berperan dalam mengumpulkan informasi melalui indera,
dan menyebarkannya ke seluruh otak dan tubuh. Sistem reflektif bekerja
secara konstan bertindak sebagai mekanisme pemantau bagi individu.
Sistem ini dapat bekerja secara sengaja atau otomatis. Sistem ini
disengaja saat siswa berpikir : dalam kondisi seperti ini, dalam
lingkungan seperti ini, bagaimana belajarku, apa yang kubutuhkan untuk
meningkatkan pembelajaranku?
Dengan pembelajaran
alamiah otak ini, siswa akan senang dalam belajar dan sekolah dapat
membekali para siswa dapat mengembangkan pola dan cara berpikir yang
benar. Sekolah bukan hanya mengisi dan memenuhi pikiran siswa dengan
fakta dan pengetahuan yang tanpa makna. Menurut Paulo Fraire, seorang
filsuf dan pemikir pendidikan, tujuan pendidikan adalah membangun thought language,
membangun bahasa pikir. Dengan memahami cara berpikir dan bahasa pikir
yang benar setiap siswa siap untuk belajar di kampus UK yaitu
Universitas Kehidupan, yang berlangsung sepanjang hayat.
Untuk menuju dan mewudjudkan pendidikan berbasis otak, dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut :
Pertama
: adanya kebijakan pemerintah untuk mendukung gerakan otak sehat dan
pentingnya bagi kehidupan bangsa termasuk untuk pendidikan. Semoga
presiden terpilih tahun 2014 ini dapat mengawali dan mendeklarasikan
kembali dekade otak nasional Indonesia.
Kedua : Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membuat naskah akademik panduan
pendidikan berbasis otak. Untuk itu, Kemendikbud dapat mengumpulkan
ilmuwan otak (neuroscientist), dokter peminat otak, psikolog,
guru dan ahli pendidikan untuk merumuskan pendidikan berbasis otak yang
sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Ketiga : tiap institusi pendidikan membuat sistem pembelajaran berbasis penelitian tentang otak dari referensi terpercaya.
Keempat : sosialiasasi tentang pentingnya otak sehat untuk pendidikan kepada guru di sekolah dan orang tua siswa.
Kelima : membuat gerakan dan kampanye tentang otak sehat di seluruh lapisan masyarakat, semacam World Brain Day tiap tanggal 22 Juli atau menetapkan hari otak nasional untuk Indonesia.
Dengan langkah dan gerakan ini semoga dapat memperbaiki kualitas
pendidikan di Indonesia dalam rangka mewujudkan generasi emas 2045. Mari
kita wujudkan pendidikan nasional yang berkualitas dengan slogan : Learning with the brain in mind.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !