HADIRILAH SEMINAR ISLAM ILMIAH
DI YAYASAN AS-SYIFA AL-KHOERIYYAH SUBANG MINGGU, 20 OKTOBER 2013
TEMPAT AULA UMAR
Fakta dan Data Bahaya Syi'ah di Indonesia
- Ratusan yayasan Syiah telah tersebar ke berbagai daerah di
Indonesia. Padahal perbedaannya dengan Islam adalah perbedaan prinsip.
Syiah sangat membenci Para Sahabat Nabi, mencela mereka, bahkan hingga
pada tingkat pengkafiran.
- Para ulama Syiah berdo’a: “Ya Allah kumpulkan kami di akhirat kelak
bersama Abu Lu’luah”. Padahal Abu Lu’luah adalah orang Majusi yang
membunuh Khalifah Umar bin Khattab. Sedangkan orang yang membunuh orang
mukmin dengan sengaja maka telahAllah ancam dengan neraka jahannam,
kekal ia di dalamnya:
وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا
مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ
عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا [النساء : 93]
93. Dan barangsiapa yang membunuh
seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia
di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta
menyediakan azab yang besar baginya. (QS AN-NISAA’/4: 93)
Konflik antara Sunni dan Syiah di
Indonesia kian hari kian memanas. Konflik tersebut disebabkan oleh
perbedaan prinsip/pokok dalam keyakinan kedua kelompok. Di antara
perbedaan yang mencolok diantara kedua kubu yaitu, Sunni (Ahlussunnah)
memuliakan para Sahabat Nabi karena merekalah yang berjuang membantu
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam serta menyebarkan
Islam ini ke berbagai penjuru. Adapun Syiah sangat membenci Para Sahabat
Nabi, mencela mereka, bahkan hingga pada tingkat pengkafiran.
Syi’ah merupakan salah satu aliran dalam Islam yang meyakini bahwa Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu dan keturunannya adalah imam-imam atau para pemimpin agama dan umat setelah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Menurut beberapa riwayat sejarah, Syiah didirikan oleh seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba’.
Inti ajaran Syi’ah terletak pada masalah
Imam yang mereka pusatkan pada tokoh-tokoh ahlul bait. Mereka menetukan
12 Imam, yaitu: Ali bin Abi Thalib, Hasan bin Ali bin Abi Thalib,
Husein bin Ali bin Abi Thalib, Ali bin Husein Zaenal Abidin, Muhammad
Al-Baqir, Ja’far Ash-Shadiq, Musa Al-Kazim, Ali Ar-Ridha, Muhammad
Al-Jawad, Ali Al-Hadi, Hasan Al-Askari, Muhammad Al-Muntazhar
(Al-Mahdi). Syi’ah meyakini bahwa kedua belas imam tersebut ma’shum
(terlepas dari salah dan dosa) dan yang paling berhak melaksanakan
Imamah.
Syi’ah memiliki empat referensi utama dalam membangun madzhabnya.
Yang pertama, Al-Kafi yang
ditulis oleh Muhammad bin Ya’qub bin Ishaq Al-Kulaini. Dia adalah
seorang ulama Syi’ah terbesar di zamannya. Dalam kitab itu terdapat
16.199 hadits. Menurut kalangan Syi’ah, Al-Kafi adalah kitab yang paling
terpercaya.
Kedua, Man Laa Yahdhuruhu
Al-Faqih, dikarang oleh Muhammad bin Babawaih al-Qummi. Terdapat di
dalamnya 3.913 hadits musnad dan 1.050 hadits mursal.
Ketiga, At-Tahzib. Ditulis oleh Muhammad At-Tusi yang dijuluki Lautan Ilmu.
Keempat, Al-Istibshar, juga ditulis oleh Al-Qummi mencakup 5.001 hadits.
Aliran ini telah tersebar ke
berbagai negara, tak terkecuali di Indonesia. Data dan fakta mengenai
perkembangan Syiah di Indonesia bisa di lihat dalam buku ini, yang
berjudul Ahlussunnah Waljamaah dan Dilema Syiah di Indonesia yang ditulis oleh Farid Ahmad Okbah, M.A.
Setelah menjelaskan definisi,
pokok-pokok, dan ciri-ciri Ahlussunnah waljamaah pada bab pertama,
penulis memaparkan secara singkat definisi Syiah, sejarah, pokok-pokok
ajaran, dan penyimpangannya pada bab kedua.
Penulis yang merupakan pakar Syiah ini
juga menyebutkan beberapa sejarah pengkhianatan Syiah pada bab keempat.
Diantara pengkhianatannya adalah pembunuhan Khalifah Umar bin Khattab
oleh Abu Lu’luah al-Majusi. Kaum Syiah menjulukinya dengan “Baba
Syujauddin” (sang pembela agama yang gagah berani). Kuburannya di Iran
dikunjungi dan dihormati oleh kaum Syiah. Bahkan para ulama Syiah
berdo’a “Ya Allah kumpulkan kami di akhirat kelak bersama Abu Lu’luah”
(hal.48)
Pada bab kelima penulis memaparkan
data dan fakta perkembangan Syiah di Indonesia. Ratusan yayasan Syiah
telah tersebar ke berbagai daerah di Indonesia. Di antaranya adalah
Yayasan Muthahhari Bandung, Yayasan al-Muntazhar di Jakarta, Yayasan
Mulla Shadra Bogor, dan Yayasan Fikratul Hikmah di Sulawesi Selatan.
Syiah juga gencar menerbitkan buku-buku Syiah. Lentera, Mizan, Hidayah,
al-Huda, al-Jawwad adalah beberapa nama penerbit Syiah yang terkenal.
(lihat hal.55-66)
Selain itu, Syiah juga banyak mengirim
kadernya untuk melanjutkan pendidikan di Iran. Setiap tahunnya sekitar
300 mahasiswa Indonesia ke Iran. Syiah juga memiliki beberapa
organisasi, diantaranya adalah Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia
(IJABI), Ikatan Pemuda Ahlul Bait Indonesia (IPABI), dan Ahlul Bait
Indonesia (ABI). Beberapa Lembaga pendidikan milik syiah adalah SMA Plus
Muthahhari Bandung dan Jakarta, dan Ma’had Yapi Bangil, Jawa Timur.
(hal.60-61)
Pada bab-bab berikutnya penulis memaparkan data-data mengenai Syiah di beberapa media. Lebih lengkapnya, silahkan membaca buku “Ahlussunnah waljamaah dan Dilema Syiah di Indonesia” ini. Buku ini sangat pantas untuk dibaca untuk mengetahui data dan fakta perkembangan Syiah di Indonesia.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !