06 juni 2014 Pukul : 15:00 wib
Bulan Ramadhan telah berada di ambang pintu. Bulan Sya’ban merupakan pintu terakhir sebelum memasuki bulan turunnya Al Qur’an. Jika kita membaca sirah Rasul SAW, persiapan beliau menghadapi bulan mulia ini sangat luar biasa, yakni dengan melaksanakan puasa Sya’ban. Hal ini beliau lakukan dalam rangka mempersiapkan dan menyongsong kedatangan bulan Ramadhan.
Selain itu, kita dianjurkan untuk banyak beristighfar dan memohon serta
memberi maaf agar kedatangan bulan suci diterima dengan hati bersih dari
segala bentuk dosa dan perselisihan, rasa dengki, dan penyakit –
penyakit hati yang lain. Kita juga perlu memperbanyak doa kepada Allah
untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Ma’la bin Fadl berkata, “Para salafus shaleh berdoa selama 6
bulan agar mereka diberi kesempatan menyambut bulan Ramadhan dan
kemudian berdoa sesudah berlalunya bulan ramadhan selama 6 bulan agar
ibadah mereka diterima.” Yahya bin Katsir berkata, “Diantara doa yang
dibaca oleh salaf adalah “Ya Allah selamatkan aku hingga bulan Ramadhan
dan karuniakan aku Ramadhan serta terimalah ibadah – ibadahku pada bulan
Ramadhan.”
Ada orang-orang yang telah menyiapkan berbagai kegiatan jauh-jauh hari
dengan menyusun agenda kuliah subuh, kuliah terawih, pondok Ramadhan,
peringatan Nuzulul Qur’an, buka bersama, menentukan imam dan
bilal, dan sebagainya. Semua ini dimaksudkan sebagai usaha menyongsong
kehadiran bulan yang di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari
1000 bulan. Dalam menyambut Ramadhan yang mempunyai nama lain
diantaranya bulan jihad, bulan pendidikan, bulan solidaritas, bulan
ibadah, beberapa hal harus menjadi catatan penting agar fadhilah
(keutamaan) yang akan Allah suguhkan tidak melayang begitu saja.
Pertama
Persiapan ilmu, sangat penting mempersiapkan ilmu sebelum masuk
Ramadhan. Dengan ilmu pelaksanaan puasa menjadi sah dan benar sesuai
dengan yang digariskan syariat. Mengetahui rukun – rukun puasa, hal –
hal yang membatalkannya, sunnah – sunnah puasa, serta keutamaan –
keutamaan lainya. Semua ini tidak dapat dikenali tanpa ada dasar ilmu
yang memadai. Imam Bukhari, misalnya, dalam shahihnya menulis satu bab
khusus tentang ilmu. Beliau menulis, “Al ‘ilmu Qablal Qauli wal Amal.”
(Berilmu sebelum berucap dan berbuat). Artinya segala perbuatan dan
ucapan baik dalam bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan, harus ada
landasan ilmunya. Jika tidak terpenuhi, perbuatan yang terlaksana dan
ucapan yang terlontar hanya menjadi sia-sia belaka. Bahkan bisa jadi
perbuatan dan ucapan tersebut lebih banyak mengandung mudarat daripada
manfaat.
Untuk itu, kita harus kembali membaca dan menelaah buku-buku tentang
puasa dengan para ulama atau menghadiri pengajian agar kita dapat
mengetahui syarat dan rukun puasa serta hal-hal yang dapat membatalkan
serta menghilangkan nilai puasa.
Imam Syafi’i berkata, ”Barangsiapa yang menginginkan kebahagian hidup di
dunia hendaknya ia mencari ilmu. Barangsiapa yang menginginkan
kebahagiaan di akherat, hendaknya ia mencari ilmu. Ilmu senantiasa
dibutuhkan di kehidupan dunia dan akhirat.
Kedua
Persiapan fisik, seseorang yang ingin berpuasa dengan baik dan
benar, selain melengkapi diri dengan ilmu, juga harus mempunyai stamina
dan kekuatan fisik yang prima. Kesehatan memang bukan segala-galanya,
tetapi dengan kesehatan seseorang bisa melakukan segala-galanya. Oleh
karena itu, Nabi Muhammad SAW berpesan, ”Mukmin yang kuat lebih baik dan disukai Allah daripada mukmin yang lemah.”
Kemampuan fisik sangat vital peranannya dalam menunjang aktivitas
apapun juga, termasuk berpuasa Ramadhan. Kemauan dan niat kuat berpuasa
akan terhalang oleh kondisi badan yang tidak stabil. Maka sejak dini
kesehatan jasmani harus menjadi perhatian serius. Sehat jasmani
merupakan salah satu modal penting dalam melaksanakan segala perintah
Allah dan RasulNya. Cara yang paling tepat adalah dengan cara mengadakan
latihan puasa sunnah menjelang datangnya bulan Ramadhan, sebagaimana
yang telah dicontohkan oleh Rasul SAW.
Ketiga
Persiapan mental, hal ini menjadi perhitungan sebab tuntunan
puasa yang baik adalah puasa yang dilakukan secara kolektif
(bersama-sama), puasa yang bukan sekedar menahan lapar dan haus, namun
yang jauh lebih utama ialah berpuasa pandangan, pendengaran, kehormatan,
dan suasana kebatinan. Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Berapa banyak orang yang puasa namun tidak mendapatkan dari puasa mereka kecuali lapar dan haus.” (HR.Thabrani, Ahmad dan Baihaqi).
Mata yang melihat, telinga yang mendengar, lisan yang mampu berbicara,
semuanya memiliki pertautan erat dengan suasana kebatinan. Sehingga
akhlak perlu diperbaiki agar keutamaan Ramadhan tidak melayang.
Diantara akhlak atau sikap yang harus dijaga ialah :
Menjaga penglihatan dan menghindarinya dari obyek yang tidak baik. “Penglihatan adalah panah dari panah beracun iblis,” tegas Rasul. Menjaga lisan dari perkartaan batil dan tidak bermanfaat. “Apabila
kalian sedang berpuasa janganlah berkata dengan perkataan kotor (keji)
dan janganlah melakukan perbuatan bodoh (berteriak, mencela). Apabila
ada orang yang menghina katakan kepadanya, saya sedang puasa !”
Ketika kita mampu menjaga lisan, Insya Allah kita akan terhindar dari
puasa yang sia – sia. Namun ketika kita tidak mampu untuk itu, maka
puasa kita akan sia-sia sebagaimana yang pernah disampaikan Rasul, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan bohang, maka Allah tidak memperdulikan ibadah puasanya.”
Di masa rasul, ada dua wanita yang berpuasa. Mereka sangat menderita
karena lapar dan dahaga pada sore harinya. Kemudian kedua wanita itu
mengutus seseorang menghadap Rasulullah SAW untuk memintakan izin bagi
keduanya agar diperbolehkan menghentikan puasa mereka. Sesampainya
utusan ini di hadapan Rasulullah SAW, beliau memberikan sebuah mangkuk
untuk diberikan kepada kedua wanita tadi seraya memerintahkan agar kedua
wanita tadi memuntahkan isi perutnya ke dalam mangkuk itu. Ternyata
kedua wanita tadi memuntahkan darah dan daging segar sepenuh mangkuk
tersebut, sehingga membuat orang-orang yang menyaksikannya
terheran-heran. Rasulullah SAW bersabda : “Kedua wanita ini berpuasa terhadap makanan yang dihalalkan Allah,
tetapi membatalkan puasa mereka dengan perbuatan yang diharamkan
olehNya. Mereka duduk bersantai sambil meenggunjing orang lain. Maka
itulah daging – daging mereka yang dipergunjingkan.” (HR.Ahmad).
Ketiga persiapan ini hanyalah secuil hikmah persiapan menjelang
datangnya Ramadhan. Harapan kita semua semoga di Ramadhan tahun ini amal
dan ibadah kita jauh lebih baik, kualitas maupun kuantitasnya.
Amin……***
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !